PAHOMPU NABURJU -- Di Kota Makassar siapa yang tidak mengenal Pondok Pesantren An-Nahdhlah? Pesantren yang telah melahirkan para da'i dan tokoh agama.
Salah satu alumninya adalah ustadz Nur Maulana, da'i kondang yang akrab dengan guyonan Jamaah oh Jamaah di stasiun televisi swasta Ibukota Jakarta.
Meski gelombang arus digital kian melambung di Kota Metropolitan ini, Ponpes An -Nahdhlah tetap kokoh melahirkan santri yang amanah dan santun.
Uniknya, pesantren yang seharusnya identik dengan kehidupan asrama, tak terlihat disini. An-Nahdlah justru menyebar para santrinya untuk bermukim di pemukiman warga yang ada di sekitaran pesantren yang didirikan oleh AGH Muh Harisah AS itu.
Ada tantangan bagi para santri yang mengenyam pendidikan di pesantren tersebut, hal itu terlihat dari kondisi sosial yang berbanding terbalik dari kehidupan pesantren.
Saling sapa dengan Assalamualaikum di kawasan pesantren pun tidak. Mirisnya lagi, sejumlah perempuan memakai pakaian tidak sewajarnya (kelihatan auratnya), serta ada juga yang tidak memakai kerudung.
Sedangkan para pemuda, nampak ada yang memakai tatto, dan lalu lalang pengendara motor yang berbunyi bising.
Tempat berdirinya pesantren berada di pemukiman padat yang rawan akan terjadinya konflik antar kelompok para pemuda. (sumber)
Yuk gabung PanPage Facebook Belajar Quran dan Ilmu Tafsir atau di sini
Home | UD Paju Marbun | Sultan Group | IMECH | BeritaDekhoCom | TobaPosCom
Salah satu alumninya adalah ustadz Nur Maulana, da'i kondang yang akrab dengan guyonan Jamaah oh Jamaah di stasiun televisi swasta Ibukota Jakarta.
Meski gelombang arus digital kian melambung di Kota Metropolitan ini, Ponpes An -Nahdhlah tetap kokoh melahirkan santri yang amanah dan santun.
Uniknya, pesantren yang seharusnya identik dengan kehidupan asrama, tak terlihat disini. An-Nahdlah justru menyebar para santrinya untuk bermukim di pemukiman warga yang ada di sekitaran pesantren yang didirikan oleh AGH Muh Harisah AS itu.
Ada tantangan bagi para santri yang mengenyam pendidikan di pesantren tersebut, hal itu terlihat dari kondisi sosial yang berbanding terbalik dari kehidupan pesantren.
Saling sapa dengan Assalamualaikum di kawasan pesantren pun tidak. Mirisnya lagi, sejumlah perempuan memakai pakaian tidak sewajarnya (kelihatan auratnya), serta ada juga yang tidak memakai kerudung.
Sedangkan para pemuda, nampak ada yang memakai tatto, dan lalu lalang pengendara motor yang berbunyi bising.
Tempat berdirinya pesantren berada di pemukiman padat yang rawan akan terjadinya konflik antar kelompok para pemuda. (sumber)
Yuk gabung PanPage Facebook Belajar Quran dan Ilmu Tafsir atau di sini
Home | UD Paju Marbun | Sultan Group | IMECH | BeritaDekhoCom | TobaPosCom
No comments:
Post a Comment