Meski baru beberapa tahun berusaha memulihkan diri dari konflik panjang, pemerintahan Imarah Islam Afghanistan menunjukkan komitmen serius dalam menangani warganya yang terdampak krisis migrasi. Dalam beberapa bulan terakhir, lebih dari 350 ribu warga Afghanistan yang memilih meninggalkan Iran berhasil dipulangkan ke tanah air mereka. Seluruh proses pemulangan ini dilakukan secara gratis dan terorganisir, sebuah pencapaian yang cukup mengejutkan di tengah keterbatasan negara yang masih berbenah.
Gelombang pemulangan ini dipicu oleh adanya kasus infiltrasi lembaga intelijen Mossad Israel ke masyarakat pengungsi terkait serangan ke Iran baru-baru ini. Pengungsi Afghanistan yang tak tahu menahu menjadi target kecurigaan oleh warga Iran. Selain itu, juga disebabkan kebijakan pemerintah Iran yang mempercepat deportasi warga Afghanistan tanpa dokumen resmi.
Tekanan ekonomi dalam negeri Iran dan situasi geopolitik kawasan membuat posisi jutaan pengungsi Afghanistan di Iran makin rentan. Pihak berwenang Iran memberi tenggat waktu hingga 30 Juni 2025 bagi seluruh warga Afghanistan yang tidak memiliki izin tinggal untuk keluar dari wilayah mereka.
Di tengah kondisi itu, pemerintah Afghanistan berupaya maksimal menyambut warganya yang kembali, meski harus menghadapi tantangan logistik, infrastruktur, dan keamanan yang belum sepenuhnya pulih. Kementerian Transportasi Afghanistan mengatur proses pemulangan dari titik-titik perbatasan seperti Islam Qala dan Nimroz, lalu membawa mereka ke provinsi masing-masing dengan kendaraan yang disiapkan secara cuma-cuma.
Para pengungsi yang tiba di perbatasan tak hanya berasal dari kalangan pekerja. Banyak di antaranya perempuan, anak-anak, dan lansia yang pulang dengan kondisi lemah. Mereka umumnya hanya membawa barang seadanya, setelah meninggalkan Iran dengan situasi mendesak. Meski demikian, banyak di antara mereka merasa terharu karena tetap disambut dan difasilitasi oleh pemerintah negaranya sendiri.
Beberapa warga yang ditemui media lokal menyampaikan rasa syukur dan harapan. Meski berat meninggalkan kehidupan di Iran, kepulangan mereka setidaknya disertai perhatian dari pemerintah. Mereka mengaku lega karena bisa tiba di kampung halaman tanpa harus membayar ongkos transportasi, sesuatu yang sebelumnya mereka khawatirkan.
Di perbatasan, petugas Afghanistan bekerja keras mengatur proses penerimaan dan pendataan para pengungsi. Prosedur pemulangan diupayakan tetap tertib dan aman, meski jumlah kedatangan sangat besar. Tenda-tenda darurat, makanan, dan layanan medis dasar disediakan di lokasi perbatasan untuk memenuhi kebutuhan mendesak para migran yang baru tiba.
Menurut juru bicara pemerintah Afghanistan, langkah ini menjadi bentuk nyata bahwa pelayanan kepada rakyat bukan hanya slogan politik. Meski negara masih dalam tahap pemulihan, kewajiban terhadap warga negara tetap diutamakan. Pemulangan ini disebut sebagai salah satu operasi kemanusiaan terbesar yang pernah dilakukan Afghanistan pascakonflik.
Para pengungsi berharap, setelah kepulangan ini, pemerintah juga bisa menyediakan bantuan lanjutan. Di antara harapan yang disampaikan adalah adanya bantuan tempat tinggal, bahan makanan pokok, serta peluang pekerjaan sederhana untuk menopang hidup di bulan-bulan awal kembali ke tanah air. Kondisi ekonomi Afghanistan yang masih rapuh membuat banyak pengungsi khawatir akan sulitnya memulai kehidupan dari nol.
Di sejumlah wilayah, pemerintah daerah mulai menyiapkan program-program kecil untuk menampung para migran yang baru kembali. Beberapa daerah mendirikan dapur umum dan pusat layanan kesehatan sementara. Di beberapa provinsi, relawan lokal turut bergerak membantu mendistribusikan makanan dan pakaian layak pakai.
Meski situasi belum ideal, sebagian warga mengaku optimis. Mereka berharap pemerintah pusat dapat terus meningkatkan layanan pemulangan ini hingga gelombang deportasi benar-benar selesai. Saat ini masih ada ratusan ribu warga Afghanistan di Iran yang menunggu giliran dipulangkan, sementara tekanan dari pihak Iran terus meningkat.
Keberhasilan Afghanistan menangani pemulangan 350 ribu warga ini menuai apresiasi dari beberapa organisasi kemanusiaan regional. Meski belum sepenuhnya sempurna, langkah cepat pemerintah dalam situasi penuh keterbatasan dianggap layak mendapat pengakuan. Apalagi negara ini belum sepenuhnya keluar dari dampak perang panjang.
Dalam catatan IOM, jumlah deportan Afghanistan dari Iran tahun ini mencapai angka tertinggi dalam sejarah. Kondisi itu diperparah oleh minimnya dana bantuan kemanusiaan yang tersedia. Hingga kini, badan-badan PBB pun mengalami kesulitan mendistribusikan bantuan ke kawasan-kawasan terpencil di Afghanistan yang menjadi tujuan para migran pulang.
Para pengungsi sendiri menyampaikan berbagai kisah tentang pengalaman mereka saat di Iran. Sebagian besar bekerja di sektor informal tanpa perlindungan hukum. Saat gelombang deportasi dipercepat, banyak yang kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal dalam hitungan hari. Mereka pun terpaksa kembali ke Afghanistan tanpa sempat membawa bekal yang cukup.
Kementerian Transportasi Afghanistan memastikan bahwa proses pemulangan akan terus berjalan hingga seluruh warga di Iran dapat kembali ke tanah air. Pemerintah juga berjanji akan terus berkoordinasi dengan lembaga-lembaga internasional untuk mengatasi kebutuhan mendesak para migran di bulan-bulan pertama kepulangan mereka.
Beberapa pengungsi berharap pemerintah dapat membuka program padat karya atau pekerjaan darurat di wilayah mereka. Selain itu, mereka juga meminta kemudahan akses ke layanan kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak mereka yang ikut pulang dari Iran. Permintaan ini dianggap wajar mengingat sebagian besar pengungsi kehilangan seluruh aset dan jaringan sosial di perantauan.
Sejumlah pengamat menilai, langkah cepat Afghanistan ini bisa menjadi momentum untuk membangun kembali hubungan antara pemerintah dan rakyat di tengah situasi sulit. Meski masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, kepedulian terhadap warga migran bisa menjadi fondasi awal untuk merekatkan kembali ikatan sosial yang sempat rusak akibat konflik berkepanjangan.
Meski begitu, tantangan ke depan tetap berat. Dengan kondisi ekonomi nasional yang masih lemah, penyerapan tenaga kerja baru serta penyediaan fasilitas dasar bagi ratusan ribu pengungsi tentu bukan perkara mudah. Oleh sebab itu, bantuan internasional dan kerjasama lintas lembaga sangat dibutuhkan untuk menstabilkan situasi ini.
Saat ini, para pengungsi yang telah tiba di kampung halaman mencoba beradaptasi kembali. Meski masih diselimuti trauma dan kekhawatiran akan masa depan, perhatian yang diberikan pemerintah memberi mereka secercah harapan baru. Sebagian menyebut bahwa meskipun kondisi di Afghanistan belum ideal, setidaknya kini mereka merasa diakui dan diperhatikan oleh negaranya sendiri.
No comments:
Post a Comment