Generasi TCK Mencari Jati Diri Leluhur

  • Breaking News

    Friday, June 27, 2025

    Politik Mesir-Ethiopia Bisa Ubah Masa Depan Somalia


    Ketegangan antara Mesir dan Ethiopia yang semakin meningkat dipastikan membawa dampak lebih luas, khususnya bagi percaturan politik di Somalia. Di tengah perseteruan dua negara besar Afrika ini, Somalia justru menjadi medan baru bagi persaingan pengaruh, yang pelan-pelan mulai membentuk ulang peta hubungan antara pemerintah federal Somalia dan negara-negara bagian seperti Puntland, Jubaland, serta Somaliland.

    Kondisi ini bermula saat Mesir mempererat hubungan militer dengan Somalia. Pengiriman bantuan senjata dan pasukan dari Kairo ke Mogadishu bukan sekadar misi perdamaian, tapi langkah strategis yang sarat pesan politik untuk Addis Ababa. Bagi Mesir, Somalia kini menjadi sekutu penting di Tanduk Afrika, bukan hanya karena kedekatan agama dan keanggotaan Liga Arab, tapi juga karena letaknya yang strategis di jalur pelayaran global.

    Di sisi lain, Ethiopia yang selama ini memiliki pengaruh militer di Somalia melalui pasukan ATMIS merasa posisinya terancam. Terlebih setelah Ethiopia meneken perjanjian dengan Somaliland, wilayah yang mengklaim kemerdekaan dari Somalia sejak 1991. Kesepakatan itu memberi Ethiopia akses ke pelabuhan Berbera dan wilayah pesisir untuk pangkalan angkatan lautnya. Tindakan ini menuai kecaman dari Mogadishu yang menganggapnya pelanggaran kedaulatan.

    Dukungan Mesir terhadap Somalia memicu keberanian baru pemerintah di Mogadishu. Tidak hanya mengutuk kesepakatan Ethiopia-Somaliland, Somalia bahkan mulai mengancam akan mendukung kelompok-kelompok bersenjata yang memusuhi pemerintah Ethiopia. Situasi ini memicu kekhawatiran regional, karena ketegangan bisa berkembang menjadi konflik terbuka antarnegara.

    Kehadiran Mesir di Somalia juga dikhawatirkan memperumit hubungan antara pemerintah federal dan negara-negara bagian. Beberapa negara bagian memiliki hubungan historis dengan Ethiopia, sementara sebagian lain lebih dekat ke Mesir dan dunia Arab. Jika tidak dikelola hati-hati, ini bisa memicu ketegangan internal yang menghambat proses konsolidasi nasional Somalia.

    Sementara itu, Somaliland justru melihat peluang dari konflik ini. Dengan Ethiopia sebagai sekutu strategisnya, Somaliland berharap bisa memperoleh pengakuan kemerdekaan resmi dari Addis Ababa, sesuatu yang selama lebih dari tiga dekade tak berhasil diraih. Namun langkah ini membuat hubungan Somaliland dengan Mogadishu memburuk, memperlebar jurang perpecahan politik di Somalia.

    Di level internasional, ketegangan ini juga menggugah kepentingan banyak pihak. Mesir memandang penting menjaga Bab el-Mandeb dan Laut Merah tetap aman karena jalur itu vital bagi perekonomian dan keamanan nasionalnya. Di saat yang sama, Ethiopia berusaha memperkuat pengaruhnya di kawasan untuk mengimbangi tekanan dari Mesir dan sekutunya.

    Perkembangan terbaru menunjukkan Somalia tidak lagi menjadi negara pinggiran dalam diplomasi Afrika, melainkan pemain penting yang diperhitungkan dua kekuatan besar. Presiden Hassan Sheikh Mohamud secara tegas menyatakan tak akan membiarkan kedaulatan Somalia diganggu. Dukungan Mesir membuat posisi Mogadishu lebih percaya diri dalam menghadapi tekanan eksternal.

    Konflik Mesir dan Ethiopia ini juga bisa berdampak terhadap stabilitas keamanan Somalia. Pasukan Ethiopia yang masih berada di wilayah Somalia berpotensi menjadi sumber gesekan baru. Pemerintah Somalia bahkan mulai mempertimbangkan untuk tidak lagi melibatkan Ethiopia dalam misi perdamaian AU pengganti ATMIS, demi mengurangi risiko benturan di lapangan.

    Secara ekonomi, situasi ini juga bisa dimanfaatkan Somalia untuk memperkuat industrinya. Pemerintah Federal tengah mendorong sektor manufaktur sebagai motor penggerak ekonomi nasional. Dengan adanya ketegangan regional, Somalia bisa menarik investasi baru dari negara-negara Arab yang ingin menyaingi dominasi Ethiopia di kawasan.

    Saat ini, beberapa perusahaan internasional telah masuk ke Somalia, seperti Coca-Cola, Toyota, Hyundai, Albayrak, dan Favori. Pemerintah bertekad menjadikan produk lokal sebagai komoditas yang mampu bersaing, dengan target ‘Made in Somalia’ bisa terwujud dalam waktu dekat. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor sekaligus memperkuat ekonomi domestik.

    Kebijakan industri ini penting karena selama ini Somalia lebih dikenal sebagai negara agraris yang rentan krisis pangan. Dengan mendorong manufaktur dan pengolahan hasil pertanian dan perikanan, nilai tambah ekonomi bisa meningkat, membuka lapangan kerja baru, serta mengurangi ketimpangan antarwilayah.

    Namun semua peluang itu akan sulit terwujud tanpa stabilitas politik. Ketegangan antara Mesir dan Ethiopia bisa menjadi ancaman sekaligus peluang bagi Somalia. Jika dikelola cerdas, Somalia bisa memanfaatkan posisi strategisnya untuk mendapatkan keuntungan politik dan ekonomi sekaligus menjaga persatuan nasionalnya.

    Hubungan antara pemerintah federal dan negara bagian kini memasuki fase yang sensitif. Beberapa negara bagian kemungkinan akan mengambil posisi pragmatis, merapat ke pihak yang memberi mereka keuntungan lebih besar. Situasi ini menuntut kepemimpinan kuat di Mogadishu agar tidak terjadi perpecahan internal di tengah ketegangan regional.

    Somaliland yang selama ini relatif tenang, kini menjadi episentrum baru dalam konflik politik regional. Kesepakatannya dengan Ethiopia membuat posisi politik Somaliland di kawasan kian penting, sekaligus rawan konfrontasi. Hubungan Somaliland dengan negara-negara Arab pun bisa ikut terpengaruh, mengingat besarnya dukungan Mesir kepada Somalia.

    Di saat yang sama, Somalia juga harus bersiap menghadapi ancaman baru dari kelompok bersenjata yang bisa memanfaatkan situasi ini. Piracy di perairan Somalia kembali marak, sebagian karena vakumnya patroli keamanan internasional di kawasan Laut Merah akibat konflik Yaman. Stabilitas perbatasan darat dan laut menjadi prioritas utama dalam menghadapi ketegangan ini.

    Para analis percaya, ketegangan Mesir dan Ethiopia bisa menjadi momentum penting bagi Somalia untuk menata kembali posisinya di kawasan. Dengan memanfaatkan dukungan Mesir, Somalia bisa memperkuat militernya, memperluas pengaruh politiknya, dan mendorong rekonsiliasi nasional di dalam negeri.

    Jika Somalia berhasil menjaga keseimbangan antara tekanan regional dan konsolidasi internal, negara ini punya peluang besar untuk bangkit sebagai kekuatan baru di Tanduk Afrika. Meski jalan masih panjang, momentum geopolitik saat ini bisa menjadi pijakan bagi Somalia untuk keluar dari bayang-bayang konflik berkepanjangan.

    Somalia kini berada di persimpangan penting sejarahnya. Mampu memanfaatkan atau terperangkap dalam perseteruan Mesir dan Ethiopia akan menentukan arah masa depan negeri itu. Stabilitas nasional dan hubungan antarnegara bagian harus dijaga, sembari merumuskan strategi cerdas dalam membaca peta politik kawasan yang terus berubah.

    No comments:

    Post a Comment


    Galeri

    Ekonomi

    Budaya