Padahal dalam situasi krisis terakhir di Yaman, pasca kelompok Houthi berkuasa di Sanaa, peran pemerintah pusat sudah melemah dalam percaturan ekonomi mikro nasional sehingga dibutuhkan tantangan untuk bersikap layaknya Bank Sentral Eropa di Frankfrut, Jerman.
Secara de facto kelompok Houthi menguasai 1/3 wilayah Yaman dengan 20 juta penduduk di dalamnya dari 30 juta yang ada.
Sanaa juga memfungsikan perekonomian sendiri yang mandiri sehingga mulai terlihat adanya sekat dengan wilayah lainnya dengan penerapan bea masuk dan lain sebagainya.
Jika Bank Sentral Yaman dapat menyesuaikan diri dengan perubahan konstelasi politik yang ada maka akan lebih mudah mengelola negara dalam sistem yang mirip federasi.
Konsep negara federasi sendiri telah gaungkan sejak 2014 dan sudah diterapkan di lapangan meski tidak seperti yang direncanakan.
Dalam konsep itu Yaman dibagi menjadi enam wilayah yang masing-masing wilayah mempunyai beberapa negara bagian berdasarkan kegubernuran dan keemiran yang ada sebelumnya.
Dengan memperkuat institusi di beberapa wilayah dengan keotonomian yang tinggi, Bank Sentral Yaman akan tidak terbebani dengan metode penghitungan yang salah kaprah.
Misalnya, Bank Sentral Yaman tidak lagi menganggap bahwa wilayah Houthi sebagai daerah kerjanya sehingga tidak lagi melihat ekonomi di sana sebagai liabilitas atau kerugian/korupsi yang harus ditanggung negara.
Begitu juga daerah di wilayah pemerintah yang tidak sepenuhnya di bawah pasukan nasional seperti pemerintahan de facto Yaman Selatan atau STC karena Aden telah memiliki struktur moneter sendiri yang fungsional.
Dengan demikian, Bank Sentral Yaman dapat memanfaatkan ruang kerja yang ada dengan maksimal dengan terus membuka peluang integrasi ekonomis nasional secara keseluruhan.
No comments:
Post a Comment