Generasi TCK Mencari Jati Diri Leluhur

  • Breaking News

    Wednesday, October 12, 2022

    Melihat Peta Politik Persaingan Kesultanan Al Quaiti dan Al Katiri di Hadrmaut, Yaman

    Demam nasionalisme di Hadramaut memuncak usai berdirinya kembali pemerintahan de facto Yaman Selatan (STC) usai menguasai Aden dari pasukan pemerintah.

    Kini Presiden STC Mayor Jenderal Aidros Al Zubaidi yang juga panglima tinggi angkatan bersenjata Yaman Selatan menjadi bagian dari pemerintah yang sah dalam dewan presidium (PLC) yang dipimpin Presiden Rashad Al Alimi.

    Turut diangkat pula jadi anggota PLC Mayor Jenderal Farag Al Bahsani, Pangdam II Hadramaut dan dikenal dengan sebutan panglima tinggi angkatan bersenjata Hadramaut.

    Namun STC dinilai terlalu dominan di Hadramaut sehingga menimbulkan kembali sikap nasionalisme Hadramaut yang memang dulunya menjadi entitas terpisah dari Uni Emirat Arab Selatan di Aden yang kemudian menjadi Federasi Arab Selatan.

    Masalahnya, di dalam konfederasi Hadramaut sendiri terdapat dua negara dominan yakni Kesultanan Al Quaiyi dan Al Katiri.

    Negara Al Katiri telah menjadi sebuah entitas yang berdaulat sejak 500 tahun lalu. Namun Al Quaiti, meski sebuah kesuktana Hadrami, baru berdiri pada abad ke-19 yang diduga atas bantuan Inggris.

    Kesultanan Al Quaiti didirikan oleh Umar bin Awad, seorang perantau Hadrami yang berkelana ke India usai ayahnya wafat.

    Di India dia masuk dalam dinas ketentaraan Kesultanan Hyderabad, sebuah negara berdaulat di India tengah khususnya usai tunduknya Mughal ke Inggris.

    Hyderabad diakui oleh Inggris sebagai wilayah yang merdeka namun dalam hegemoni Inggris.

    Umar bin Awad yang sukses menjadi komandan itu kembali ke Hadramaut dan bersama kabilahnya mendirikan Kesultanan Al Quaiti lepas dari Al Katiri.

    Seiring waktu wilayah Al Quaiti meluas dan menjadi dominan dengan ibukota Al Mukalla. Sementara Al Katiri ibukotanya Seiyun di Lembah Hadramaut.

    Tidak kebetulan pula, saat ini nasionalisme Hadramaut itu digerakkan oleh warga eks negara Al Katiri di Seiyun sementara warga Hadramut pro STC berasal dari eks Al Quaiti karena keluarga Sultan Al Quaiti menjadi salah satu pengurusnya.

    STC menginginkan Hadramaut tetap bersama mereka sebagaimana negara Yaman Selatan dulu, namun warga Al Katiri mengatakan bahwa mereka akan memisahkan diri jika STC menjadi sebuah negara kembali.

    Dialektikan ini sebenarnya tidak menjadi masalah karena keduanya saling membutuhkan khususnya dalam membendung dominasi kelompok utara.

    Berikutnya, STC akan sangat sulit merealisasikan impiannya melihat konstalasi politik saat ini. Namun kondisi de facto di Aden akan tertap survive dan makin kuat di tengah krisis politik Yaman secara keseluruhan.

    Menunggu berakhirnya hegemoni kelompok Houtjmhi Sanaa yang tidak ada terjadi dalam waktu yang dekat, maka Hadramaut akan menjadi ladang tarik menarik kepentingan antara pemerintah yang sah, STC dan kelompok pro kemerdekaan Hadramaut.

    No comments:

    Post a Comment


    Galeri

    Ekonomi

    Budaya