PAHOMPU NABURJU -- Ada Pondok Pesantren yang unik di Gandrungmangu, Cilacap. Namanya Pondok Pesantren Metal Tobat Sunan Kalijaga. Pesantren ini ternyata memiliki santri yang berbeda dari santri-santri di ponpres pada umumnya.
Dari namanya yang nyentrik sudah dapat diduga bahwa Ponpres yang satu ini memiliki keunikan tersendiri. Santrinya ternyata adalah para berandalan, pemabuk, dan pemadat.
Tak seperti pesantren lainnya, pesantren ini membolehkan santrinya bermusik dan berambut gondrong. Mereka memiliki kelompok musik. Bahkan ada yang bertato. Tapi justru dari sini lah mereka menyiarkan ajaran agama ke sekolah, radio, dan mushala.
Berikut ini kisahnya yang bersumber dari Program Saga produksi Kantor Berita Radio (KBR) seperti dilansir dari Republika.co.id:
Pondok Pesantren Metal Tobat Sunan Kalijaga di Kecamatan Gandrungmangu, Cilacap, Jawa Tengah, memiliki 450 santri dari berbagai kalangan. Pesantren ini berisi anak-anak penyuka musik metal, anak jalanan, hingga preman. Mereka diterima untuk belajar agama di pesantren ini di saat pesantren lain justru menolak kehadiran mereka.
Di sini, santri dibolehkan bermusik, melukis, atau berkesenian lainnya. Sebab, menurut Pendiri Pesantren ini Kyai Haji Soleh Aly Mahbub, yang terpenting adalah menyisipkan jiwa santri.
“Saya melihat potensi anak. Saya mendidik, saya melihat potensi. Prinsip saya, bukan melihat ini anak akan dijadikan seperti apa. Bukan. Saya lihat potensinya saja. Kalau memang dia berpotensi jadi pemusik, saya dorong jadi pemusik. Kalau saya lihat, anaknya bagus, dia tinggi, bakat jadi militer, ya saya masukkan ke militer. Kalau memang bakatnya jadi kyai, saya dorong jadi kyai. Apa manfaatnya? Manfaatnya agar anak-anak ini berguna sesuai dengan karakternya,” Ujar Kyai yang biasa disapa dengan sebutan Abah Soleh itu.
Di Pesantren ini juga tersedia pusat rehabilitasi mental. Hingga sekarang, ada delapan santri yang sedang menjalani proses rehabilitasi. Enam di antaranya karena narkoba dan sisanya gangguan jiwa.
Abah Soleh mengaku tak memiliki metode yang rumit untuk menyembuhkan mereka. Sebab, kata dia, obatnya hanya berdoa dan puasa daud. Puasa daud ini dilakoni selama tiga tahun berturut-turut tanpa henti.
“Sadar itu tidak harus dengan obat. Atau direhabilitasi. Nanti juga akan kembali kalau ada masalah. Kalau direhab dengan obat. Tetapi kalau ini, dengan cara puasa. Puasa Dawud, tiga tahun. Setelah selesai puasa tiga tahun, boro-boro minum lagi. Baunya saja, nyium baunya itu saja sudah mutah. Itu memang, puasa itu, secara otomatis bisa mencegah untuk tidak mabuk lagi. Dan itu terbukti,” bebernya.
Sedangkan dalam kurikulum pesantren, Pondok Metal Tobat membaginya dalam beberapa hal. Pada awal masuk, santri diwajibkan mempelajari ilmu alat yaitu pelajaran nahwu-shorof, untuk tata bahasa Arab. Di waktu yang sama, santri masuk kelas Alquran dan Fiqih.
Kelas Alquran terdiri dari beberapa jurusan keilmuan, mulai dari Tafsir Qur’an hingga Tahfidzul Qur’an. Sementara, dalam Fiqih, ratusan kitab klasik ulama kenamaan dipelajari dengan mengaji secara sorogan (perorangan), maupun bandungan (general stadium).
Sejak didirikan pada tahun 2000, sudah 22 santri yang khatam Qur’an bil Ghoib atau hafidz. Mereka terdiri dari 19 khafidzoh atau penghafal al quran perempuan dan 3 santri pria. (sumber)
Yuk gabung PanPage Facebook Belajar Quran dan Ilmu Tafsir atau di sini
Home | UD Paju Marbun | Sultan Group | IMECH | BeritaDekhoCom | TobaPosCom
Dari namanya yang nyentrik sudah dapat diduga bahwa Ponpres yang satu ini memiliki keunikan tersendiri. Santrinya ternyata adalah para berandalan, pemabuk, dan pemadat.
Tak seperti pesantren lainnya, pesantren ini membolehkan santrinya bermusik dan berambut gondrong. Mereka memiliki kelompok musik. Bahkan ada yang bertato. Tapi justru dari sini lah mereka menyiarkan ajaran agama ke sekolah, radio, dan mushala.
Berikut ini kisahnya yang bersumber dari Program Saga produksi Kantor Berita Radio (KBR) seperti dilansir dari Republika.co.id:
Pondok Pesantren Metal Tobat Sunan Kalijaga di Kecamatan Gandrungmangu, Cilacap, Jawa Tengah, memiliki 450 santri dari berbagai kalangan. Pesantren ini berisi anak-anak penyuka musik metal, anak jalanan, hingga preman. Mereka diterima untuk belajar agama di pesantren ini di saat pesantren lain justru menolak kehadiran mereka.
Di sini, santri dibolehkan bermusik, melukis, atau berkesenian lainnya. Sebab, menurut Pendiri Pesantren ini Kyai Haji Soleh Aly Mahbub, yang terpenting adalah menyisipkan jiwa santri.
“Saya melihat potensi anak. Saya mendidik, saya melihat potensi. Prinsip saya, bukan melihat ini anak akan dijadikan seperti apa. Bukan. Saya lihat potensinya saja. Kalau memang dia berpotensi jadi pemusik, saya dorong jadi pemusik. Kalau saya lihat, anaknya bagus, dia tinggi, bakat jadi militer, ya saya masukkan ke militer. Kalau memang bakatnya jadi kyai, saya dorong jadi kyai. Apa manfaatnya? Manfaatnya agar anak-anak ini berguna sesuai dengan karakternya,” Ujar Kyai yang biasa disapa dengan sebutan Abah Soleh itu.
Di Pesantren ini juga tersedia pusat rehabilitasi mental. Hingga sekarang, ada delapan santri yang sedang menjalani proses rehabilitasi. Enam di antaranya karena narkoba dan sisanya gangguan jiwa.
Abah Soleh mengaku tak memiliki metode yang rumit untuk menyembuhkan mereka. Sebab, kata dia, obatnya hanya berdoa dan puasa daud. Puasa daud ini dilakoni selama tiga tahun berturut-turut tanpa henti.
“Sadar itu tidak harus dengan obat. Atau direhabilitasi. Nanti juga akan kembali kalau ada masalah. Kalau direhab dengan obat. Tetapi kalau ini, dengan cara puasa. Puasa Dawud, tiga tahun. Setelah selesai puasa tiga tahun, boro-boro minum lagi. Baunya saja, nyium baunya itu saja sudah mutah. Itu memang, puasa itu, secara otomatis bisa mencegah untuk tidak mabuk lagi. Dan itu terbukti,” bebernya.
Sedangkan dalam kurikulum pesantren, Pondok Metal Tobat membaginya dalam beberapa hal. Pada awal masuk, santri diwajibkan mempelajari ilmu alat yaitu pelajaran nahwu-shorof, untuk tata bahasa Arab. Di waktu yang sama, santri masuk kelas Alquran dan Fiqih.
Kelas Alquran terdiri dari beberapa jurusan keilmuan, mulai dari Tafsir Qur’an hingga Tahfidzul Qur’an. Sementara, dalam Fiqih, ratusan kitab klasik ulama kenamaan dipelajari dengan mengaji secara sorogan (perorangan), maupun bandungan (general stadium).
Sejak didirikan pada tahun 2000, sudah 22 santri yang khatam Qur’an bil Ghoib atau hafidz. Mereka terdiri dari 19 khafidzoh atau penghafal al quran perempuan dan 3 santri pria. (sumber)
Yuk gabung PanPage Facebook Belajar Quran dan Ilmu Tafsir atau di sini
Home | UD Paju Marbun | Sultan Group | IMECH | BeritaDekhoCom | TobaPosCom
No comments:
Post a Comment