Generasi TCK Mencari Jati Diri Leluhur

  • Breaking News

    Sunday, December 10, 2017

    Riwayat Teuku Raja Batak di Trumon

    PAHOMPU NABURJU -- Nama Trumon berdasarkan kisah turun temurun berasal dari dua suku kata ; Trung dan Mon. Trung berarti terung (sayur) dan Mon berarti sumur. Trumon berarti Terung yang tumbuh ditepi sumur. Bekas sumur ini masih ada di Desa Keude Trumon dan diberi nama “Mon Lhok”. Material sumur bagian bawah adalah batu mata merah yang sama bentuknya dengan bata merah material Benteng Trumon (Kuta Batee).

    Ada juga kisah lain yang mengatakan bahwa nama Trumon berasal dari bahasa Inggris ; True moon, yang berarti bulan purnama. Namun kisah ini agak sulit kita yakini karena tidak ada satupun nama seunamuk di Trumon yang berasal dari bahasa asing.

    Sebelum kerajaan Trumon ada, di daerah Desa Kuta Baro dan Desa Panton Bili sekarang terlebih dahulu berdiri sebuah kerajaan kecil yang bernama kerajaan Binuang.

    Kerajaan Binuang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Datok Nanyan dengan panglima kerajaan bernama Datuk Sibuyung. Pada saat itu wilayah Keude Trumon sekarang masih merupakan hutan belantara yang sama sekali belum terjamah manusia.

    Raja kerajaan Trumon yang pertama adalah Teuku Raja Bujang yang merupakan putra dari Teuku Raja Singkil. Nama asli Teuku Raja Singkil adalah Labai Jakfar.

    Teuku Raja Bujang memiliki 2 saudara yang bernama Rabu (laki-laki) dan satu lagi bernama Sunoh (perempuan). menurut riwayat, saudara Teuku Raja Bujang yang bernama Rabu ini yang menjadi Panglima Armada laut kerajaan Trumon.

    Kerajaan Singkil mendapat laporan dari kapal-kapal niaga kerajaan singkil bahwa mereka sering diganggu oleh perompak-perompak ketika berlayar melewati pesisir utara kerajaan Singkil. Oleh sebab itu Teuku Raja Singkil mengutus putranya Teuku Raja Bujang dan menantunya Teuku Ibnu Daud bersama pasukan kerajaan untuk menyelidiki permasalahan tersebut.

    Akhirnya mereka mengetahui bahwa gangguan perompak laut terhadap kapal-kapal niaga dari Singkil itu adalah saat melewati perairan kerajaan Binuang. Rombongan dari Singkil pimpinan Teuku Raja Bujang berhasil menundukkan kerajaan Binuang tanpa perang dan pertumpahan darah.

    Setelah kerajaan Binuang beralih dan dipimpin oleh Teuku Raja Bujang barulah beliau membuka lahan pertanian baru di wilayah Keude Trumon sekarang. Komoditas pertanian pada saat itu adalah lada. Pembukaan lahan baru ini sepenuhnya dimodali oleh Kerajaan. Disamping itu Teuku Raja Bujang mendatangkan penduduk dari berbagai penjuru Sumatera. Penduduk yang datang ini mendapat perlakuan yang baik dan diberi modal untuk membuka lahan pertanian. Pada masa ini penduduk kerajaan Trumon mencapai ± 40. 000 jiwa.

    Akibat dari penyebaran pembukaan lahan-lahan baru ini terjadilah seunamuk-seunamuk perladangan yang menyebar mulai dari Buloh Seuma sampai Panton Bili pesisir. Dari arah hulu dari Seuleukat sampai ke Kapa Seusak jalan Kuala Kupeung. Setiap penduduk yang membuka perladangan terus menetap di wilayah itu. Dalam kurun waktu ± 10 tahun seuneubok-seuneubok perladangan berubah penjadi perkampungan-perkampungan baru. Pada masa ini pusat pemerintahan berpindah ke Keude Trumon sekarang.

    Untuk mengatur wilayah baru ini, Teuku Raja Bujang membentuk struktur kerajaan Trumon menjadi 2 wilayah besar yaitu Kuta Tuha (Meurandeh) dan Buloh Seuma. Masing-masing Wilayah ini dipimpin oleh seorang Ulhee Balang. Sedangkan di Ladang Rimba dan Krueng Luas sekarang diangkat pimpinan wilayah yang dinamakan Petua.

    Dalam catatan sejarah, salah satunya buku “Achines” yang ditulis oleh P.Y. Perth Tahun 1875 menyebutkan tentang Trumon;
    1. Kerajaan Trumon mempunyai bendera sendiri setelah melepaskan diri dari kerajaan Aceh Darussalam.
    Bendera tersebut berwarna dasar biru muda, dengan pedang silang 2 berwarna putih. yang bersilang adalah ujung pedang, gagangnyanya sama-sama di pinggir.
    2. Kerajaan Trumon mempunyai armada laut sebanyak 100 kapal lengkap dengan tentara yang tangguh.
    3. Kerajaan Trumon mempunyai mata uang sendiri yang dicetak pertama di Lisabon (Portugal) diperkirakan pada abad 17.
    4. Kerajaan Trumon mengambil pajak 5% pada setiap kapal yang melintasi perairan Trumon.
    5. Kerajaan Trumon adalah penghasil lada yang diekspor ke luar negeri.

    Berdasarkan sumber lain; Teuku Kaharuddin gelar Teuku Syahbandar menjelaskan raja-raja yang memerintah kerajaan Trumon sebagai berikut :
    1. Teuku Raja Bujang ( memerintah lebih kurang 40 tahun).
    Pada masa beliau, telah diatur :
    a. Tata Pemerintahan
    b. Lembaga Musyawarah Raja yang merupakan utusan dari setiap kaum,
    c. Membangun pertahanan laut dan darat;
    d. membangun Benteng Pertahanan Kerajaan Trumon.

    Benteng kerajaan Trumon lebih dikenal dengan nama Kuta Batee. Benteng ini dibangun dengan material bata merah yang diikat dengan kapur dan telur ayam.

    Benteng ini terdiri dari beberapa bangunan didalam dan diluar benteng. Luas Benteng 51 x 51 mete, tinggi 4 meter, didalamnya ada Istana Raja. Balairung ukuran 24 x 28 meter. Sumur. Pupale dengan ketinggian 5 meter. Gudang Uang.

    Pada Masa itu juga dibangun Komplek Pemakaman Raja Trumon dengan nisan ukiran arab yang didatangkan dari Turki.

    2. Teuku Raja Fansurna Alamsyah gelar Teuku Raja Batak (memerintah lebih kurang 30 tahun)

    Seawaktu Teuku Raja Bujang mangkat, Teuku Raja Fansurna Alamsyah gelar Teuku Raja Batak masih berusia 5 tahun. Oleh sebab itu pemerintahan dijabat oleh Mangkubumi kerajaan yakni Teuku Lauddin Barat yang merupakan paman dari Teuku Raja Fansurna Alamsyah gelar Teuku Raja Batak. Teuku Lauddin Barat tidak tinggal di benteng Kuta Batee. Beliau mendirikan benteng dari tanah letaknya disebelah barat daya benteng Kuta Batee. Benteng ini dinamakan Kuta Tanoh. Teuku Lauddin Barat menjalankan roda pemerintahan selama 12 tahun. Setelah Teuku Raja Fansurna gelar Teuku Raja Batak berusia 17 tahun maka beliau menjalankan roda pemerintahan sebagai raja Trumon.

    Pada Masa pemerintahan Teuku Raja Fansurna Alamsyah  gelar Teuku Raja Batak inilah Kerajaan Trumon mencapai puncak keemasannya.

    Pada masa ini Kerajaan Trumon pernah melakukan ekspedisi ke Tapanuli sebagai upaya memperkuat diplomasi dan kerjasama ekonomi kerajaan Trumon.

    3. Teuku Raja Iskandar

    Teuku Raja Fansurna Alamsyah gelar Teuku Raja Batak wafat, beliau digantikan oleh Teuku Raja Iskandar. Beliau memerintan lebih krang 8 tahun. Teuku Raja Iskandar dibunuh oleh seorang hamba sahaya yang bernama Si Balu. Kerajaan dipimpin sementara oleh Teuku H. Jakfar alias Teuku H. Rayeuk.

    Dalam kurun waktu Teuku Raja Iskandar memerintah selama 8 tahun diatas, terjadi perang saudara antara Teuku Raja Iskandar dengan Teuku Muda NaNa. Teuku Raja Iskandar meminta bantuan Belanda yang berada di Singkil.

    Kerajaan Singkil sudah dikuasai oleh Belanda tahun 1840. Belanda memenuhi permintaan Teuku Raja Iskandar. Teuku Muda NaNa yang berkedudukan di Kuta Tuha sebagai Ulhee Balang diserang oleh Belanda. Kuta Tuha Kalah dalam pertempuran darat dan laut pada saat itu. Banyak warga Kuta Tuha mengungsi dan kemudian menetap di Kuala Ba’u dan Jambo Manyang akibat dari perang tersebut.

    Mulai saat inilah kerjaan Trumon berhubungan dengan Belanda. Pengaruh Belanda secara pelan-pelan mulai masuk ke wilayah kerajaan Trumon. Namun belum mencampuri jalannya pemerintahan dan belum menerapkan pajak atas kerajaan Trumon.

    Selama ± 20 tahun Teuku H. Jakfar alias Teuku H. Rayeuk menjalankan pemerintahan kerajaan Trumon, Setelah beliau mangkat beliau digantikan oleh Teuku Raja Nasruddin anak dari Teuku Raja Iskandar.

    4. Teuku Raja Nasruddin

    Teuku Raja Nasruddin memerintah ± 26 tahun. Pada saat itu pengaruh Belanda semakin kuat mencengkram kerajaan Trumon. Dimana kerajaan Trumon sudah membayar pajak kepada pemerintah Hindia Belanda.

    Teuku Raja Nasruddin sangat membenci Belanda. Berbagai upaya diplomasi beliau lakukan agar penerapan pajak bisa dihapus atau setidaknya ditunda. Belanda mengawasi gerak-gerik Teuku Raja Nasruddin dengan ketat. Melalui mata-matanya Belanda mengetahui bahwa Teuku Raja Nasruddin benci pada Belanda. Belanda mengambil tindakan cepat dan licik dengan memaksa Teuku Raja Nasruddin lengser dari kekuasaan raja Trumon. Teuku Raja Nasruddin memilih mundur dari singgasana kekuasaan daripada bekerja sama dengan Belanda. Dengan keadaan kerajaan Trumon yang sedang mengalami kemunduran tidaklah memungkinkan untuk mengadakan perlawanan bersenjata.

    Setelah Teuku Raja Nasruddin mundur, beliau digantikan oleh adik beliau yang bernama Teuku Raja Lek.

    5. Teuku Raja Lek

    Teuku Raja Lek memegang tampuk pemerintahan kerajaan Trumon  ± 6 tahun, sampai dengan tahun 1927.

    Semula Belanda mengira Teuku Raja Lek mau bekerja sama dengan Belanda. Tapi dugaan itu keliru. Justru dimasa pemerintahan Teuku Raja Lek perlawanan dan pertempuran melawan Belanda semakin berkobar. Pajak atau blesteng yang diperintahkan Belanda tidak berjalan sebagaimana mestinnya. Hal ini menimbulkan kegusaran dari pihak Belanda.

    Pada masa-masa kritis ini berkobarlah perlawanan Teuku Cut Ali melawan Belanda. Teuku Raja Lek dan Teuku Cut Ali merencanakan persekongkolan untuk melawan Belanda. Mereka berdua mengatur siasat dan strategi agar perang bisa pecah terhadap Belanda.

    Dari kesepakatan antara Teuku Raja Lek dengan Teuku Cut Ali lahirlah sebuah strategi jitu dan lihai yang bisa memancing Belanda untuk berperang. Apa strategi mereka?

    (Strategi ini dikisahkan kembali oleh Sesepuh Trumon yaitu Teungku Ali Lao, Teuku Sareh, dan Panglima Raman Naca)

    Strateginya adalah Teuku Cut Ali dan Teuku Raja Lek pura-pura cekcok sehingga Belanda dan masyarakat umum mengira sedang terjadi perselisihan yang besar antara mereka berdua. Sebagaimana kita ketahui Belanda menerapkan politik Devide et impera yang setiap saat mengintai dan memanfaatkan percekcokan dan perselisihan dalam kerajaan manapun untuk mengadu domba baik antara raja-raja maupun dalam internal sebuah kerajaan.

    Strategi jitu ini berhasil cemerlang. Belanda sangat gembira dan meningkatkan patroli ke wilayah kerajaan Trumon. Maka terjadilah penyerangan terhadap patroli Belanda yang dipimpin oleh Panglima Si Paneuk dengan melakukan penyergapan terhadap Belanda di Panton Bilie sekarang tepatnya disekitar Batu Bersurat nama-nama serdadu Belanda yang tewas saat itu

    Peristiwa heroik dan berani terjadi tahun 1924. Bermula saat patroli Belanda yang bermalam disekitar Batu Bersurat itu. Jumlah serdadu Belanda 1 regu 12 orang. Sekira jam 22.00 wib Panglima Si Paneuk bersama 2 orang temannya datang dari arah Seuleukat dengan bersenjatakan pedang.

    Pedang ini disembunyikan dalam ikatan obor dari daun kelapa kering. sehingga pedang ini tersembunyi dan tidak kelihatan. Saat itu Belanda melarang setiap orang membawa senjata.

    Dengan gerakan cepat Panglima Si Paneuk bersama temannya memotong tali-temali kemah serdadu Belanda dan mematikan lentera yang tergantung disekitar kemah itu. Dengan bantuan cahaya obor daun kelapa itu Panglima Si Paneuk berjibaku dengan gagah berani bertarung melawan serdadu Belanda. Hampir semua anggota regu Belanda tewas dan persenjataan dirampas oleh Panglima pemberani ini. Tapi salah satu anggota regu Belanda yang bernama Sersan Richard dalam keadaan luka parah berhasil lolos dari maut. Dia melaporkan kejadian itu ke markas Belanda di Bakongan dan Singkil.

    Sersan Richard ini kemudian dikenal dengan nama Sersan Teuplah Muka (Sersan Muka Tersayat) akibat dari sabetan pedang Panglima Si Paneuk.

    Bala bantuan Belanda datang dari Bakongan dan Singkil. Belanda memburu Panglima Si Paneuk dan kawan-kawan. Setiap saat pengeledahan dan pembersihan terjadi dimana-mana. Dengan situasi ini Panglima Si Paneuk melanjutkan perjuangannya dengan bergabung dengan Pasukan Teuku Cut Ali.

    Pada tahun 1925 Pasukan Teuku Cut Ali tercatat melakukan penyergapan lagi terhadap patroli Belanda di Gunung Kapur. Terdapat beberapa serdadu Belanda tewas dan terluka parah dalam sergapan ini. Mereka dikuburkan di Ujung Gunung tepatnya di Desa Gunung Kapo sekarang. Dipihak Teuku Cut Ali gugur dan syahid Teungku Abduh.

    Pada Tahun yang sama Pasukan Teuku Cut Ali kembali merepotkan Belanda dengan terjadinya pertempuran Paya Gunong di Pulo Paya. Penyergapan ini dipimpin langsung oleh Teuku Cut Ali. Dengan bermodalkan senjata rampasan pada penyergapan di Gunung Kapur sebelumnya. Dalam serangan ini banyak serdadu Belanda yang tewas. Dipihak Teuku Cut Ali gugur sebagai syuhada 9 orang.

    Di Krueng Luas terjadi penyerangan sporadis terhadap Belanda yang dilakukan oleh Teungku Puteeh bersama 3 orang rekannya. Mereka melakukan serang “Jihad Muslimin” dengan bersenjatakan pedang lalu dengan gagah berani menyerang patroli Belanda. Mereka bertempur sampai syahid dalam kerumunan serdadu Belanda. Belanda merampas pedang Teungku Puteeh, ternyata di mata pedang itu bertuliskan nama raja Trumon.  Dengan bukti itu Belanda semakin mencurigai dan tidak percaya lagi pada Teuku Raja Lek.

    Teuku Cut Ali kembali menyergap Belanda di Caloek Batee. Dimana seorang serdadu Belanda tewas. Belanda Kalang kabut akibat seringnya penyergapan-penyergapan oleh pasukan Teuku Cut Ali. Belanda mengerahkan Pasukan-pasukannya yang ada di Singkil dan Bakongan ke Kerajaan Trumon untuk memburu Teuku Cut Ali. Dengan ruang gerak yang semakin sempit pasukan Teuku Cut Ali berpindah ke Ujong Pulo.

    Dengan taktik gerilya pasukan Teuku Cut Ali melakukan mobilisasi sampai ke Bakongan. Sehingga pecah pertempuran Latong. Pertempuran sengit ini memakan korban kedua belah pihak. Sehingga Belanda melarang masyarakat untuk mengambil air minum di sepanjang aliran Krueng Bakongan karena banyak mayat berserakan tidak terurus akibat pertempuran itu.

    Dalam pertempuran Rimba Latong ini Panglima Utama Teuku Cut Ali yaitu Panglima Si Paneuk syahid. Beliau dimakamkan disana.

    Selanjutnya Pasukan Teuku Cut Ali bergerak ke Batee Ie Puteh, Limbang dan Hulu Kluet. Sampai pada akhirnya Beliau syahid pada tanggal 25 Juli 1927.

    Masa pemerintahan Teuku Raja Lek berakhir pada tahun 1927. Selama pemerintahan beliau dengan segala cara berhasil mengelabui Belanda dengan menyokong perjuangan Teuku Cut Ali dan mengulur-ngulur waktu membayar pajak.

    Beliau digantikan oleh Teuku Raja Husin.

    5. Teuku Raja Husin

    Raja kerajaan Trumon yang terakhir adalah Teuku Raja Husin dalam struktur pemerintahan Belanda beliau diangkat dengan jabatan De Zeelbesturder Lanskap Trumon. Beliau memerintah dari tahun 1927-1942.

    Teuku Raja Husin beristrikan wanita berkebangsaan Belanda. Selama pemerintahannya kerajaan Trumon sangat makmur. hal ini disebabkan beliau memiliki pendidikan yang mapan dan wawasan yang luas. beliau sangat menguasai ilmu pemerintahan dan ilmu pertanian.

    Komoditas pertanian yang semula lada beralih ke padi. Hasil panen melimpah ruah sehingga penerapan pajak (blesteng) kepada Belanda tidak memberatkan bagi masyarakat umum. disamping itu ada kebijakan subsidi pajak bagi warga yang kurang mampu. Beliau terkenal tegas dan disiplin dalam mengontrol dan mengawasi jalannya roda pemerintahan.

    Beliau selalu turun langsung ke area persawahan dan ladang-ladang untuk memastikan tahapan-tahapan bertanam padi sesuai dengan yang direncanakan. Irigasi jambo Dalem adalah salah satu bukti kemajuan pertanian pada masa itu.

    Akhir Pemerintahan beliau adalah ketika Jepang menguasai Trumon. Teuku Raja Husin ditangkap dan ditawan kemuadian diasingkan ke Batavia (Jakarta). Teuku Raja Husin mangkat di Jakarta pada tahun 1956. (sumber)

    Yuk gabung PanPage Facebook Belajar Quran dan Ilmu Tafsir atau di sini


    Home | UD Paju Marbun | Sultan Group | IMECH | BeritaDekhoCom | TobaPosCom

    No comments:

    Post a Comment


    Galeri

    Ekonomi

    Budaya