Generasi TCK Mencari Jati Diri Leluhur

  • Breaking News

    Sunday, December 10, 2017

    Jejak Damanik Simalungun di Tanjungkasau

    PAHOMPU NABURJU -- Tanjung Kasau saat ini merupakan wilayah penduduk dan perkebunanyang yang kini masuk dalam Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batubara – Sumatera Utara. PT Perkebunan Tanjung Kasau yang merupakan milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ini, dengan lahan Hak Guna Usaha (HGU) Kebun Tanjung Kasau luasnya 2591 hektar.

    Sejarah Tanjung Kasau bermula dari Datuk Paduka Tuan, Raja Mansur Shah & Raja Ali Kadir berserta rombongannya, tiba di salah satu daerah wilayah Batubara dan selanjutnya membuka kampong disana. Raja Mansur Shah & Raja Ali Kadir adalah putra dari Datuk Paduka Tuan yang berasal dari Bukit Gombak.Selanjutnya wilayah ini menjadi makmur. Masyarakat pedalaman (Simalungun) berbondong-bondong mengadu nasib di wilayah ini dan diterima. Kemudian Portugis yang berkedudukan di Malaka datang dan ingin menguasai. Kedatangan dan ingin menguasai oleh Portugis, menimbulkan peperangan. Kampung dibuat Tangga –tangga besi yang dibakar sebagai upaya mengusir Portugis, dan berhasil. Sejak peristiwa tersebut, kampong itu dikenal dengan nama Tangga Bosi.Kebesaran Aceh yang memiliki legitimasi, membuat Raja Mansur Shah menemui Sultan Aceh, dan meminta bantuan.

    Aceh mengirim empat Panglima, yaitu Puanglima Gugup, Puanglima Si Payung, Puanglima Mukin dan Puanglima Maher. Panglima-panglima ini dilengkap persenjataan lengkap dan memimpin pembuatan Benteng dengan lela (meriam). Sejak itu Portugis menyingkir. Puanglima Maher dan Puanglima Mukin pulang ke Aceh, selanjutnya Raja Mansur Shah dirajakan di Tangga Bosi. Putranya, Raja Adim membuat kampong Tanjung Matoguk.

    Putra Raja Adim, yaitu Raja Ahmad membuka kampong di Tanjung Bolon. Untuk mendapat pengakuan, Raja Ahmad dengan menaiki kapal Gajah Ruku – sebuah kapal yang menandakan sebuah prestise kala itu, menghadap Sultan Aceh. Sultan Aceh memberi legitimasi dan menabalkan Raja Ahmad menjadi Raja Alam Perkasa (orang tempatan menyebut dengan dialek Rajo Alam Perkaso), hingga Tanjung Bolon dinamakan Tanjung Perkaso atau Tanjung Kaso, selanjutnya dilafalkan menjadi Tanjung Kasau.

    Raja Alam Perkasa mempunyai putra, yaitu Raja Bolon dan Raja Muda Indera Jati. Setelah Raja Alam Perkasa mangkat, digantikan oleh Raja Bolon, dan Indera Jati menjadi Raja muda. Raja Bolon selanjutnya membuka kampong Tanjung Meraja. Raja Bolon memilki 3 putera, penggantinya adalah Raja Sabda. Raja Sabda digantikan Raja Said (membuat kampong Huta Usang). Raja Said memilki 5 putera. Putra pengganti Raja Said adalah Raja Matsyah (Muhammadsyah).

    Ketika Van Assen menjadi Kontelir Asahan, Negeri Tanjung Kasau diambil menjadi bagian Hindia Belanda. Saat itu Raja Matsyah diberi besluit 16 Oktober 1882. Kontelir Asahan dan Batubara, Van Assen, tertanggal 16 Oktober 1882 menyebutkan bahwa, “Radja Djintanali van een vorstelijk moeder: Radja Madsah van een orang ketjil. Radja Djintanali is de broeder van Radja Matsah, een oprechte en geode Battakker, Radja Matsah is better om te onderhandelen, daar hij goed Maleisch spreekt”. – “Raja Jintanali berasal dari ibu yang turunan bangsawan sedangkan Raja Matsyah beribukan orang kebanyakan (orang kecil). Raja Jintanali adalah saudara dari Raja Matsyah, seorang Batak (maksudnya Simalungun) yang tulus dan baik. Raja Matsyah pandai bernegosisasi karena mampu berbahasa Melayu dengan fasih.

    Entah sebab apa, Raja Matsyah (Muhammadsyah) tergantikan oleh Jintanali. Mungkin saja sebuah kudeta, entahlah, yang pasti Jintanali yang Damanik ini membuat kampong Huta Limau Kayu. Saat itu merupakan kesempatan emas bagi pemerintah Hindia Belanda. Jintanali dan pembesarnya disumpah oleh Kontelir Batubara, BA Kroesen.Tanjung Kasau di tahun 1888, oleh Pemerintahan Kolonial dikeluarkan dari kultur pemerintahan Simalungun menjadi wilayah Melayu.

    Raja Jintanali memilki 9 putera, saat usia tua, Raja JIntanali menyuruh putera tertuanya, Rajah Morah, untuk memangku kerajaan. Raja Morah membuat kampong baru, yaitu Mabar. Raja Morah memilki 11 anak. Pada 1900, Raja Morah dijatuhkan belanda, lalu digantikan oleh adiknya, Raja Marahudin, yang membangun kampong Suka. Raja Marahudin memilki 6 anak. Dilanjutkan putra tertua dari Raja Morah menjadi raja karena sudah akil balig walau Raja Marahudin belum mangkat, Raja Pemangku itu bernama Raetal.

    Raja Raetal mangkat mendadak, lalu Mat Yassin gelar Datuk Bentara (menantu Raja Jintanali) menjadi Pemangku hingga ia meninggaldunia, selama 11 tahun berkuasa. Kontelir Batubara, Radersma, pada 1916 mencampuri Tanjung Kasau dengan mencalonkan mantan Jaksa asal Bilah, yaitu Abdul Somad gelar Tengku Busu menjadi Pemangku Negeri Tanjung Kasau. Dari sisi Tanjung Kasau, dihunjuk pula Raja Poso (garis turunan Raja Morah) dan Raja Injar (garis turunan Puanglima Si Payung yang berasal dari Aceh itu).Di masa ini diadakan Harungguan (musyawarah) antara Raja Tanjung Kasau, Silou, Siantar dan Panei. Dalam Harungguan itu disepakati membuat Rumah Bosar di Pamatang Panei sebagai tempat kerapatan jika terjadi perkara dan sebagainya.

    Dengan Besluit Gabenor-General tahun 1920, Tanjung Kasau disatukan dengan beberapa daerah Batubara, seperti daerah Tanjung, Sipare-pare dan Pagurawan, lalu dijadikan satu kerajaan bernama Inderapura di mana diangkat oleh Pemerintah Hindia Belanda, Tengku Abdullah Seman/Somad alias Tengku Busu (ia yang menandatangani Korte Verklaring 21.10.1920)

    Negeri Tanjung Kasau

    Ada seorang benama DATUK PADUKA TUAN turunan dari Bukit Gombak Pagaruyung membawa 2 orang anaknya yaitu RAJA MANSYURSYAH dan RAJA ALI KADIR dengan pengiringnya, mereka sampai ke Batubara. Lalu mereka membuat perrkampungan di sana. Lama kelamaan banyaklah berdatangan orang suku Simelungun untuk berdagang, sehingga karena makmurnya, Portugis datang dari Melaku sehingga terbitlah peperangan. Di dalam menangkis serangan Portugis itu, disuruhnya orang membuat tangga besi yang dibakar, sehingga Portugis tak jadi mendarat. Sejak itu kampung itu dinamakan “TANGGA BESI”. Karena dicekam perasaan was was selalu maka RAJA MANSYURSYAH minta bantuan panglima dan senjata pada Sultan Aceh, yang lalu mengirimkan panglima panglimanya yang bernama Panglima Gugub, Panglima Payung, Panglima mungkin dan panglima Mahir. Merekalah yang membuat benteng pertahanan dengan dilengkapi meriam. Sejak itu orang Portugis sudah tidak dating lagi. Panglima Mahir dan mugkin kembali menjadi Aceh dan Raja Mansyursyah menjadi Raja di Tangga Besi. Putranya bernama RAJA ABDUL JALIL, membuat kampung baru di Tanjung Rih. Putera Raja Abdul Jalil, bernama RAJA ADIM, membuat pula kampung di Tanjung Matoguk. Turunan di Raja Adim, ialah RAJA AHMAD, membuat pulakampung di Tanjung Bolon. Di zaman Raja Amad menjadi raja, ia menghadap sultan Aceh dengan menaiki kapal bernama “Gajah Ruku”. Oleh sultan Aceh, ia lalu diberi gelar SULTAN ALAM PERKASA dan dari situ nama Tanjung Bolon awalnya dan nama Perkasa di akhirnya, dijadikannya negeri, yaitu “Tanjung Kasa” atau kemudian menjadi “Tanjung Kasau”, ia mempunyai 2 orang putera : Raja Bolon dan Raja Muda Indrajari. Penggantinya adalah Raja Bolon yang membangun kampung Tanjung Meraja. Raja Bolon mempunyai Putera 3 orang dan yang menjadi penggantinya adalah yang bernama RAJA SABDA yang kembali berkedudukan di Tanjung Bolon. Pengganti Raja Sabda ialah RAJA SAID yang membuat kampung Huta Usang. Raja Said mempunyai 5 orang putera. Mula-mula sebagai penggantinya ialah yang tua RAJA MUHAMMADSYAH, kemudian digantikan abangnya RAJA JINTANALI menjadi raja yang membuat kampung di Huta Limau Kayu. Ada 9 orang anaknya. Ketika ia sudah tua, ia turun tahta dan digantikan puteranya RAJA MARAH yang membuat kampung baru di kampung Mabar. Ia ini mempunya 11 orang anak. Ia diturunkn Belanda karena melawan ditahun 1900 dan digantikan adiknya RAJA MARAHUDDIN yang membangun kampung Suka. Raja Marahuddin punya 6 orang anak. ketika ia berhenti, menjadi raja pula adiknya RAJA RAETAL sebagai pemangku putera tertua Raja Morah. Tetapio tibatiba mati Raja Raefal, dan kini menjadi pemangku ialah DATUK BENTARA, menantu dari almarhum Raja Jintananali. Ada kira-kira 1½ tahun ia memangku maka iapun meninggal dunia pula. Di tahun 1916, ketika masa kontelir batubara bernama RADERSMA, dicalonkannyalah ABDUL SOMAD gelar TENGKU BUSU menjadi pemangku negeri Tanjung Kasau.

    Adapun negeri Tanjung Kasau itu mempunyai juga Orang Besarnya, yaitu RAJA POSO turunan Raja Morah. RAJA INJAR turunan Raja Bolon, RAJA GRAHA turunan Raja Morah juga dan Orang Kaya MATRAWAN turunan Panglima Payung dari Aceh. Pada suatu waktu Raja Tanjung Kasau bermusyawarah dengan Raja Silau, Raja Siantar dan Raja Pane dan bersama mereka membuat rumah besar di Pematang Pane tempat mereka bermusyawarah kalau ada perkara diantara mereka. Ketika di Asahan sudah ditempatkan Belanda Kontelir Van Assen, maka negeri Tanjung Kassau dicaplok masuk Hindia Belanda dan Raja Marsyah (Muhammadsyah) waktu itu diberikan Beslil 16 Oktober 1882. Ketika Raja Jintanali menjadi Raja di Tanjung Kasau, ia bersama Orang Besarnya disumpash oleh Kontelir B.A Kroesen dari Batubara.

    Dalam suratnya, Kontelir Asahan dan Batubara, Van Assen, tertanggal 16 Oktober 1882 menyebut bahwa “Radja Djintanali is van een vorstelijk moeder : Radja Madseh van een orang ketjil. Radja Djintanali is de broeder van Radja Madsah, een oprechte en geode Battaker. Radja Madsah is beter om te onderhandeler, daarhij goed Maleisch spreekt”. (Raja Jintanali mempunyai ibu turunan bangsawan, sedangkan Raja Madseh ibunya orang biasa. Raja Jintanali adalah saudara Raja Madsah, adalah seorang yang baik dan jujur. Dengan Raja Madsah agak mudah berhubungan karena ia bisa berbicara melayu dengan fasih).

    Negeri Pagurawan

               Ada seorang bernam PANGLIMA MUDA tinggal di negeri Pesisir. (Batubara) dan beranak 3 orang : Datuk Muda Jalil, Idris gelar Datuk Muncak dan Datuk Muda Husin. Apakah “Pemadra” yang disebut Anderson sama dengan Panglima Muda ini?

    Pada suatu hari Datuk Muncak berlayar bersama beberapa pengikutnya dan pada suatu kuala sungai mereka membuat perkampungan. Tiada berapa lama kampung kecil tadi menjadi ramai. Karena orang-orang suku Simelungun turun ke pantai untuk berdagang sehingga kampung itu dijuluki Kampung Besar. Karena urusan dagang, Datuk Muncak menjalinlah persahabatan dengan raja-raja Simelungun di pedalaman. Yaitu Raja Siantar terutama. Pada suatu hari diundanglah Raja Siantar menghilir ke kampung Besar. Karena sangat gembiranya mereka bermain dan bergurau maka direbutlah nama negeri itu “Pagurowan”, lama kelamaan menjadi “Pagurwan”. Ketika Datuk Muncak meninggal dunia, ia digantikan anaknya DATUK MUDASRI BETARA.. ia ini mengambil istri selaku puang bolon ialah adik Raja Siantar bernama PUANG RAANO, sehijngga akrablah perhubungan Siantar dengan Pagurawan. Setelah Datuk Muda Sri Betara meninggal dunia, ia digantikan puteranya yang tertua DVATUK SETIA WANGSA. Dia inipun mengambil sebagai isteri, adik dari Raja Siantar. Datuk Setia Wangsa berputera dan berputri 17 orang. Tetapi di zaman pemerintahannya Pagurawan silih berganti diserang oleh negeri-negeri tetangganya seperti Tanjung Kasau, Bandar Chalifah,Sipare-pare, Tebingtinggi dan lain lain. Untuk keselamatan negerinya, maka Datuk Setia Wangsa lalu menghadap langsung kepada Sultran Siak Sri Indrapura mohon perlindungannya. Pada masa itu Siak sudah tunduk kepada Belanda, sehingga cukai pelabuhannya diatur oleh Kontelir Belanda di Bengkalis yang lalu membagi hasil cukai itu untuk dan untuk Pagurawan.

    Ketika Belanda membayari Siak dengan uang ganti rugi, di mana negeri negeri Sumatera Timur lainnya tidak lagi di bawah Siak tetapi langsung di bawah Hindi Belanda, maka Pagurawan juga tidak lagi takluk ke Siak, tetapi dimasukkan resort Batubara. hal ini terjadi di zaman pemerintahan Datuk Setia Wangsa juga.

    Setelah Datuk Setia Wangsa dibuang, ia digantikan puteranya DATUK SETIA MAHARAJA LELA. Setelah yang belakangan ini meninggal dunia pula, puteranya masih dibawah umur, dan pemerintahan di Pagurawan dipegang oleh pemangkunya yaitu DATUK SETIA PUTERA RAJA. Adapun menjadi Orang Besar atau “TUNGKAT” ialah Orang Kaya BESAR., Orang Kaya SANDING dan Orang Kaya TAIB. Mereka ini mendapat ⅓ dari hasil tanah tetapi belakangan hak mereka dihapuskan Belanda dan diganti dengan semacam gaji saja. (sumber)

    Yuk gabung PanPage Facebook Belajar Quran dan Ilmu Tafsir atau di sini


    Home | UD Paju Marbun | Sultan Group | IMECH | BeritaDekhoCom | TobaPosCom

    No comments:

    Post a Comment


    Galeri

    Ekonomi

    Budaya